Kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Thailand pada akhir bulan ini, dinilai sebagai bagian dari kebijakan ironis. Sebab kebijakan yang merugikan banyak petani di Indonesia itu selalu berulang setiap tahunnya.

Faridz Afif, ketua GP Ansor Kota Surabaya menyerukan kepada semua kader Ansor Banser se Surabaya untuk menolak impor beras yang dilakukan pemerintah. Itulah adalah tindakan merugikan petani-petani Indonesia, sebab akan mematikan lumbung perekonomian para petani.

“saya menginstrukan kepada seluruh kader ansor banser se Kota Surabaya agar ikut serta meyuarakan penolakan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah. Intruksi ini langsung dari Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, untuk menjadi penyambung suara petani Indonesia” tegas Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya

Hal tersebut berdasar pada data Kementerian Pertanian bahwa stok beras nasional hingga Mei 2021 diperkirakan mencapai 24,90 juta ton, didorong hasil panen raya yang berlangsung selama Maret-April. Sementara kebutuhan beras nasional diproyeksi mencapai 12,3 juta ton. Neraca beras hingga akhir Mei, akan surplus sebesar 12,56 juta ton.

“Ansor Banser khususnya kader Kota Surabaya sudah seharusnya berdiri dibelakang petani dan menjadi penyambung suara mereka. Bilamana impor beras sebagai penyeimbang harga beras, keefektivannya patut dipertanyakan sebab sebentar lagi panen raya” ungkap Faridz Afif

Sebelumnya, Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Jawa Timur dan seluruh LPPNU kabupaten/kota se Jatim kompak menolak rencana impor beras sebanyak satu juta ton oleh pemerintah tahun ini. Sebab, kebijakan itu berpotensi tambah membuat anjlok harga jual gabah kering panen. Dampaknya petani merugi.

Berita Terkait